Mengembangkan
Potensi Masyarakat Kampung Ciwaru dalam Proses Pembuatan dan Pengemasan serta
Pemasaran Serabi Guna Melestarikan Makanan Traidisonal dan Menambah Provit bagi
Produsennya
Julfa Mutiara
2288142120
Email: julfajodi@gmail.com
PENDAHULUAN
Sebagai mahasiswa kita
dituntut untuk mengamalkan Tri Dharma
Perguruan Tinggi yaitu, pendidikan, penelitian dan pengabdian terhadap
masyarakat. Mahasiswa sebagai agent of
change dituntut untuk peka terhadap lingkungan, setidaknya mampu membaca
potensi yang ada di lingkungan sekitarnya. Sekalipun hanya sebagai tempat
singgah selama kuliah, yang akan penulis bahas dalam essay ini yaitu mengenai “Pengembangkan
Potensi Masyarakat Kampung Ciwaru dalam Proses Pembuatan, Pengemasan dan
Pemasaran Serabi Guna Melestarikan Makanan Tradisional dan Menambah Provit bagi
Produsennya dengan nama SERU (Serabi Ciwaru)”. Penulis akan membahas bagaimana proses pembuatannya,
pengemasan sampai ke ranah pemasaran atau penjualan. Selain itu essay ini juga
berisi apa saja kendala yang menghambat potensi masyarakat dan bagaimana
solusinya. Sehingga diharapkan dengan essay ini ada kontribusi langsung yang
dilakukan penulis untuk melestarikan makanan tradisional dam menambah penghasilan
bagi pembuat serabi pada khusunya, dan masyarakat yang berada di kampung Ciwaru
pada umunya.
Yang membuat penulis
tertarik untuk mengembangkan potensi ini dikarenakan Ciwaru sekarang menjadi
kampus salah satu perguruan tinggi negeri di Banten, yaitu Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa yang dimana kita ketahui mahasiswa senang makan makanan instan dan unik dan jika dikembangkan maka
akan menghasilkan provit yang besar
dan menggiurkan seperti serabi Enhai di Bandung. Dengan sedikit inovasi maka
serabi yang identik dengan kelas rendahan akan menjadi populer di kalangan
mahasiswa Ciwaru. Ini juga salah satu bentuk pelestaraian makanan tradisional.
PEMBAHASAN
Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa adalah salah satu Universitas Negeri yang ada di Banten, yang
memiliki tiga kampus yaitu di Cilegon, Serang, dan Ciwaru. Kampus Ciwaru merupakan
kampus yang diisi oleh sebelas jurusan baru, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Setahun pertama, kondisi kampus sedikit memprihatinkan, semuanya
serba minim, bahkan kost-kostan yang dibutuhkan para masahasiswa pun sangat
sedikit, begitu juga dengan para pedagang makanan, sulit rasanya ditemukan.
Seiring berjalannya waktu, semua berproses. Ada kemajuan dari segi sarana dan
prasana. Sekitar lingkungan kampus menjadi hidup, banyak makanan yang dijajakan
para pedagang, yang paling dekat dengan kampus yaitu, Kampung Ciwaru.
Kampung Ciwaru ini
terletak di antara Komplek Depag dan Perumahan Permata. Kehidupan masyarakat Kampung
Ciwaru sangat berbeda dengan kedua komplek tersebut, kehidupannya cenderung
menengah ke bawah. Di dalam masyarakat Kp. Ciwaru masih terlihat ada interaksi
yang jarang ditemukan di Komplek Depag dan Perumahan Permata. Masyarakatnya
cenderung solid. Setiap setelah subuh ada penjual serabi yang membuat penulis
tertarik. Penjual serabi ini namanya Indah, ia berjualan di depan rumahnya.
Setelah penulis konfirmasi dengan teman-teman kuliah, banyak yang tidak
mengetahui bahwa ada penjual serabi yang masih menggunakan alat tradisional,
padahal jarak dari kampus/kostan ke tempat serabi itu tidak jauh. Inilah yang
membuat penulis tertarik untuk mempromosikan serabi yang ada di Kp. Ciwaru.
Tahap pertama yang akan
penulis lakukan yaitu, mempromosikan serabi Ciwaru dengan menggunakan nama
“SERU” (Serabi Ciwaru) agar lebih eyecatching.
Serabi (kadang disebut Surabi)
merupakan jajanan pasar tradisional yang berasal dari Indonesia, ada dua jenis
serabi, yaitu serabi manis yang menggunakan kinca
dan serabi asin dengan taburan oncom
yang telah dibumbui diatasnya. Di Bandung,
serabi biasa dijajakan di pagi hari dan dimasak menggunakan tungku
sehingga menghasilkan rasa yang khas. Seiring dengan perkembangan zaman, banyak
yang terus berinovasi dengan menambahkan berbagai topping seperti sosis,
keju,
maupun mayones
yang tujuannya untuk mematahkan asumsi bahwa serabi adalah makanan yang
terkesan rendahan.
Namun fakta di
lapangan, serabi yang dibuat oleh Indah masih sangat standar dari segi rasa dan
packagingnya, sehingga terlihat tidak
menarik dan tidak berkelas. Alat yang digunakan masih sangat sederhana, dengan
menggunakan cetakan dari tanah liat yang hanya berjumlah 6 buah, dan kayu
sebagai bahan bakarnya. Proses pembuatan seperti ini harus dipertahankan agar
kualitas rasanya terjaga, hanya saja akan lebih efektif jika ditambah
cetakannya. Sementara itu, Indah hanya menawarkan dua rasa saja, original dan
manis (ditambah gula aren). Berbeda dengan serabi pada umumnya, serabi ini
tidak tambah gula merah cair di atasnya. Jika ditambah variant topping pasti
akan lebih menarik dan memiliki nilai jual. Topping yang bisa ditawarkan
seperti, keju, cokelat, durian, dll.
Dari segi packaging, serabi ini hanya dibungkus
menggunakan plastik. Yang penulis sarankan serabi ini dibungkus dengan daun
pisang yang diikat kedua ujungnya. Sehingga konsumen merasakan sensasi
tradisional. Selain itu, yang menjadi permasalahan mengapa serabi ini tidak terekspose yaitu karena tempat berjualannya
yang tidak strategis dan kumuh, yang membuat mahasiswa UNTIRTA tidak tahu,
sekalipun tahu akan berpikir dua kali untuk membelinya. Solusinya, penjual
harus mencoba membuka stan di depan kampus dengan konsep dapur bersih.
Konsep dapur bersih
yang penulis maksud yaitu, penjual tidak membuat adonannya di tempat. Semua
alat dan bahan dalam proses penjualan ditata dengan rapi. Diusahakan penjual
juga terlihat rapi dan bersih sehingga pembeli tidak merasa jijik. Adapun
sebagai penambah daya tarik, penulis sarankan agar penjual mengguanakan pakaian
khusus yang didesaign dengan
sedemikian rupa sebagai ciri.
·
PROSES
PEMBUATAN
o
Bahan adonan:
1. 150
gram kelapa parut
2.
sdm minyak goreng
3.
500 ml santan kelapa
4.
250 gram tepung beras
5.
½ sdt garam halus
o
Bahan larutan gula:
1. 500
ml santan kelapa
2. lembar
daun pandan
3. ½
sdt garam
4. 250
gram gula aren (gula merah)
·
Cara membuatnya:
1.
Mula Campurkan tepung beras, kelapa
parut, garam, lalu tuangkan pula santan kelapa secara perlahan sambil diaduk
hingga adoanan merata.
2.
Setelah itu, siapkan cetakan serabi kemudian
beri sedikit minyak goreng. Kemudian tuangkan adonan tadi kedalamnya lalu masak
adonan serabi sampai mengeluarkan gelembung-gelembung kecil lalu tambahkan
parutan keju diatasnya dan masak hingga matang. Lalu angkat dan tiriskan.
3.
Masak semua adonan hingga habis.
Selanjutnya, masak semua bahan larutan gula merah hingga mendidih, setelah
mendidih lalu angkat dan dinginkan.
4.
Terakhir, sajikan kue serabi diatas daun
pisang lalu tuangkan larutan gula diatasnya.
·
PENGEMASAN
Untuk
mempertahankan rasa, cetakan yang digunakan yaitu cetakan dari tanah liat, dan
menggunakan kayu sebagai bahan bakarnya serta menggunakan daun pisang sebagai
alasnya.
·
PEMASARAN
Sebelum
pemasaran dilakukan, penulis akan bekerjasama terlebih dahulu dengan produsen.
Setelah semuanya deal. Penulis akan
mempromosikan di kampus. Proses promosi ini akan dilakukan dari mulut ke mulut,
karena kampus tempat yang menjanjikan untuk berdagang. Setelah memiliki nama, at least dikenal. Maka tahap selanjutnya
yaitu membuka stan di depan kampus. Dengan membuat tempat sejenis tempat
nongkrong. Pemasaran juga akan dilakukan dengan menggunakan media sosial
seperti instagram.
HASIL
Setelah melakukan
promosi dari mulut ke mulut, belum ada konsumen yang tertarik dan meemsan
serabi ciwaru “SERU” ini. Mungkin dikarenakan waktu penjualan yang singkat
yaitu kurang lebih hanya tiga jam, dari setelah subuh hingga pukul 08.00 WIB.
Tahap selanjutnya, yang akan dilakukan penulis dalam memeromosikan serabi
ciwaru ini dengan menggunakan instagram, agar cakupan informasi mengenai “SERU”
ini lebih luas.
KESIMPULAN
Sebagai mahasiswa kita
harus ikut berkontribusi dalam memajukan masyarakat, setidaknya masyarakat
sekitar. Mahasiswa juga dituntut untuk mampu membaca potensi lingkungan.
Kampung Ciwaru merupakan kampung yang terletak dekat dengan Kampus C Untirta.
Kampus C ini merupakan kampus baru, sehingga masih minim dan jarang pedagang. Di
kampung Ciwaru terdapat pedagang serabi yang masih menggunakan alat tradisional
dalam proses pembuatannya. Namun keberadaannya tidak diketahui oleh mahasiswa
Untirta yang ada di Kampus C, padahal akan sangat menguntungkan jika
dikembangkan melihat keadaan kampus yang semakin ramai. Selain menguntungkan,
jika dikembangkan maka ini juga merupakan salah satu alternatif melestarikan
makanan tradisional di era modernisasi yang sangat menggebu. Diharapkan essay
yang penulis buat ini mampu berkontribusi bagi masyarakat Kampung Ciwaru pada
umumnya dan produsen serabi pada khususnya.
DAFTAR
PUSTAKA
http://dapurlezatos.blogspot.co.id/2013/10/resep-dan-cara-membuat-kue-serabi-khas.html
,
diakses pada 20 Oktober 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar