Selasa, 15 Desember 2015

“SERU” SERABI CIWARU



Mengembangkan Potensi Masyarakat Kampung Ciwaru dalam Proses Pembuatan dan Pengemasan serta Pemasaran Serabi Guna Melestarikan Makanan Traidisonal dan Menambah Provit bagi Produsennya

Julfa Mutiara
 2288142120
Email: julfajodi@gmail.com

PENDAHULUAN
Sebagai mahasiswa kita dituntut untuk mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu, pendidikan, penelitian dan pengabdian terhadap masyarakat. Mahasiswa sebagai agent of change dituntut untuk peka terhadap lingkungan, setidaknya mampu membaca potensi yang ada di lingkungan sekitarnya. Sekalipun hanya sebagai tempat singgah selama kuliah, yang akan penulis bahas dalam essay ini yaitu mengenaiPengembangkan Potensi Masyarakat Kampung Ciwaru dalam Proses Pembuatan, Pengemasan dan Pemasaran Serabi Guna Melestarikan Makanan Tradisional dan Menambah Provit bagi Produsennya dengan nama SERU (Serabi Ciwaru)”. Penulis akan membahas bagaimana proses pembuatannya, pengemasan sampai ke ranah pemasaran atau penjualan. Selain itu essay ini juga berisi apa saja kendala yang menghambat potensi masyarakat dan bagaimana solusinya. Sehingga diharapkan dengan essay ini ada kontribusi langsung yang dilakukan penulis untuk melestarikan makanan tradisional dam menambah penghasilan bagi pembuat serabi pada khusunya, dan masyarakat yang berada di kampung Ciwaru pada umunya.
Yang membuat penulis tertarik untuk mengembangkan potensi ini dikarenakan Ciwaru sekarang menjadi kampus salah satu perguruan tinggi negeri di Banten, yaitu Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang dimana kita ketahui mahasiswa senang makan makanan instan dan unik dan jika dikembangkan maka akan menghasilkan provit yang besar dan menggiurkan seperti serabi Enhai di Bandung. Dengan sedikit inovasi maka serabi yang identik dengan kelas rendahan akan menjadi populer di kalangan mahasiswa Ciwaru. Ini juga salah satu bentuk pelestaraian makanan tradisional.



PEMBAHASAN
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa adalah salah satu Universitas Negeri yang ada di Banten, yang memiliki tiga kampus yaitu di Cilegon, Serang, dan Ciwaru. Kampus Ciwaru merupakan kampus yang diisi oleh sebelas jurusan baru, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Setahun pertama, kondisi kampus sedikit memprihatinkan, semuanya serba minim, bahkan kost-kostan yang dibutuhkan para masahasiswa pun sangat sedikit, begitu juga dengan para pedagang makanan, sulit rasanya ditemukan. Seiring berjalannya waktu, semua berproses. Ada kemajuan dari segi sarana dan prasana. Sekitar lingkungan kampus menjadi hidup, banyak makanan yang dijajakan para pedagang, yang paling dekat dengan kampus yaitu, Kampung Ciwaru.
Kampung Ciwaru ini terletak di antara Komplek Depag dan Perumahan Permata. Kehidupan masyarakat Kampung Ciwaru sangat berbeda dengan kedua komplek tersebut, kehidupannya cenderung menengah ke bawah. Di dalam masyarakat Kp. Ciwaru masih terlihat ada interaksi yang jarang ditemukan di Komplek Depag dan Perumahan Permata. Masyarakatnya cenderung solid. Setiap setelah subuh ada penjual serabi yang membuat penulis tertarik. Penjual serabi ini namanya Indah, ia berjualan di depan rumahnya. Setelah penulis konfirmasi dengan teman-teman kuliah, banyak yang tidak mengetahui bahwa ada penjual serabi yang masih menggunakan alat tradisional, padahal jarak dari kampus/kostan ke tempat serabi itu tidak jauh. Inilah yang membuat penulis tertarik untuk mempromosikan serabi yang ada di Kp. Ciwaru.
Tahap pertama yang akan penulis lakukan yaitu, mempromosikan serabi Ciwaru dengan menggunakan nama “SERU” (Serabi Ciwaru) agar lebih eyecatching. Serabi (kadang disebut Surabi) merupakan jajanan pasar tradisional yang berasal dari Indonesia, ada dua jenis serabi, yaitu serabi manis yang menggunakan kinca dan serabi asin dengan taburan oncom yang telah dibumbui diatasnya. Di Bandung, serabi biasa dijajakan di pagi hari dan dimasak menggunakan tungku sehingga menghasilkan rasa yang khas. Seiring dengan perkembangan zaman, banyak yang terus berinovasi dengan menambahkan berbagai topping seperti sosis, keju, maupun mayones yang tujuannya untuk mematahkan asumsi bahwa serabi adalah makanan yang terkesan rendahan.
Namun fakta di lapangan, serabi yang dibuat oleh Indah masih sangat standar dari segi rasa dan packagingnya, sehingga terlihat tidak menarik dan tidak berkelas. Alat yang digunakan masih sangat sederhana, dengan menggunakan cetakan dari tanah liat yang hanya berjumlah 6 buah, dan kayu sebagai bahan bakarnya. Proses pembuatan seperti ini harus dipertahankan agar kualitas rasanya terjaga, hanya saja akan lebih efektif jika ditambah cetakannya. Sementara itu, Indah hanya menawarkan dua rasa saja, original dan manis (ditambah gula aren). Berbeda dengan serabi pada umumnya, serabi ini tidak tambah gula merah cair di atasnya. Jika ditambah variant topping pasti akan lebih menarik dan memiliki nilai jual. Topping yang bisa ditawarkan seperti, keju, cokelat, durian, dll.
Dari segi packaging, serabi ini hanya dibungkus menggunakan plastik. Yang penulis sarankan serabi ini dibungkus dengan daun pisang yang diikat kedua ujungnya. Sehingga konsumen merasakan sensasi tradisional. Selain itu, yang menjadi permasalahan mengapa serabi ini tidak terekspose yaitu karena tempat berjualannya yang tidak strategis dan kumuh, yang membuat mahasiswa UNTIRTA tidak tahu, sekalipun tahu akan berpikir dua kali untuk membelinya. Solusinya, penjual harus mencoba membuka stan di depan kampus dengan konsep dapur bersih.
Konsep dapur bersih yang penulis maksud yaitu, penjual tidak membuat adonannya di tempat. Semua alat dan bahan dalam proses penjualan ditata dengan rapi. Diusahakan penjual juga terlihat rapi dan bersih sehingga pembeli tidak merasa jijik. Adapun sebagai penambah daya tarik, penulis sarankan agar penjual mengguanakan pakaian khusus yang didesaign dengan sedemikian rupa sebagai ciri.



·         PROSES PEMBUATAN
o   Bahan adonan:
1.      150 gram kelapa parut
2.         sdm minyak goreng
3.         500 ml santan kelapa
4.         250 gram tepung beras
5.         ½ sdt garam halus
o  Bahan larutan gula:
1.      500 ml santan kelapa
2.      lembar daun pandan
3.      ½ sdt garam
4.      250 gram gula aren (gula merah)

·         Cara membuatnya:
1.      Mula Campurkan tepung beras, kelapa parut, garam, lalu tuangkan pula santan kelapa secara perlahan sambil diaduk hingga adoanan merata.
2.      Setelah itu, siapkan cetakan serabi kemudian beri sedikit minyak goreng. Kemudian tuangkan adonan tadi kedalamnya lalu masak adonan serabi sampai mengeluarkan gelembung-gelembung kecil lalu tambahkan parutan keju diatasnya dan masak hingga matang. Lalu angkat dan tiriskan.
3.      Masak semua adonan hingga habis. Selanjutnya, masak semua bahan larutan gula merah hingga mendidih, setelah mendidih lalu angkat dan dinginkan.
4.      Terakhir, sajikan kue serabi diatas daun pisang lalu tuangkan larutan gula diatasnya.
·         PENGEMASAN
Untuk mempertahankan rasa, cetakan yang digunakan yaitu cetakan dari tanah liat, dan menggunakan kayu sebagai bahan bakarnya serta menggunakan daun pisang sebagai alasnya.
·         PEMASARAN
Sebelum pemasaran dilakukan, penulis akan bekerjasama terlebih dahulu dengan produsen. Setelah semuanya deal. Penulis akan mempromosikan di kampus. Proses promosi ini akan dilakukan dari mulut ke mulut, karena kampus tempat yang menjanjikan untuk berdagang. Setelah memiliki nama, at least dikenal. Maka tahap selanjutnya yaitu membuka stan di depan kampus. Dengan membuat tempat sejenis tempat nongkrong. Pemasaran juga akan dilakukan dengan menggunakan media sosial seperti instagram.
HASIL
Setelah melakukan promosi dari mulut ke mulut, belum ada konsumen yang tertarik dan meemsan serabi ciwaru “SERU” ini. Mungkin dikarenakan waktu penjualan yang singkat yaitu kurang lebih hanya tiga jam, dari setelah subuh hingga pukul 08.00 WIB. Tahap selanjutnya, yang akan dilakukan penulis dalam memeromosikan serabi ciwaru ini dengan menggunakan instagram, agar cakupan informasi mengenai “SERU” ini lebih luas.

KESIMPULAN
Sebagai mahasiswa kita harus ikut berkontribusi dalam memajukan masyarakat, setidaknya masyarakat sekitar. Mahasiswa juga dituntut untuk mampu membaca potensi lingkungan. Kampung Ciwaru merupakan kampung yang terletak dekat dengan Kampus C Untirta. Kampus C ini merupakan kampus baru, sehingga masih minim dan jarang pedagang. Di kampung Ciwaru terdapat pedagang serabi yang masih menggunakan alat tradisional dalam proses pembuatannya. Namun keberadaannya tidak diketahui oleh mahasiswa Untirta yang ada di Kampus C, padahal akan sangat menguntungkan jika dikembangkan melihat keadaan kampus yang semakin ramai. Selain menguntungkan, jika dikembangkan maka ini juga merupakan salah satu alternatif melestarikan makanan tradisional di era modernisasi yang sangat menggebu. Diharapkan essay yang penulis buat ini mampu berkontribusi bagi masyarakat Kampung Ciwaru pada umumnya dan produsen serabi pada khususnya.

DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar